Aris

Wisata Sejarah ke Benteng Van Der Wijck  

TEMPO.COKebumen - Kereta mini tua warna hitam itu berderit, menjerit. Perlahan kemudian bergerak gontai, lalu berjalan memutar mengelilingi benteng yang tampak menyala sewarna darah. Itulah benteng Van Der Wijck yang akan dijadikan lokasi syuting film karya Garin Nugroho teranyar, Soegijo Pranoto.Terletak di Kota Gombong, Kebumen, Jawa Tengah, benteng ini memang tampak istimewa, berbeda dengan yang lain. Benteng peninggalan Belanda itu diperkirakan dibangun pada 1827 oleh arsitek Islam. Bentuknya segi delapan, mirip Masjidil Haram. Jika dilihat dengan kompas Islam, pintu benteng tepat menghadap ke arah kiblat.


"Di dunia hanya ada dua benteng segi delapan. Satunya ada di Australia," kata Herwin Kunadi, General Manager PT Indopower, yang juga pengelola benteng itu, Sabtu 3 Desember 2011.

Herwin bersama ayahnya, Subono Herman Kunadi, menyulap benteng itu menjadi tempat wisata sejarah yang nyaman dan menyenangkan. Padahal sebelumnya kawasan itu dikenal sebagai sarang dhemit atau roh halus. Banyak kisah horor melekat di benteng itu, seperti pemerkosaan, pembunuhan, dan tempat gantung diri. "Renovasi dimulai 1999 atas izin TNI," kata dia.

Benteng setinggi 10 meter, setebal 1,4 meter, dan seluas 7.168 meter persegi itu dibangun dua lantai. Lantai pertama mempunyai empat pintu gerbang. Di dalamnya terdapat 16 ruangan besar dan 27 ruangan kecil. Juga ada 72 jendela dan delapan tangga untuk menuju lantai dua, yang memiliki 16 ruangan besar dan 25 ruangan besar.

"Uniknya, meski lantai satu dan dua mempunyai keliling sama, bila berjalan mengelilingi lantai satu lebih lama 15 menit dibanding jika berjalan di lantai dua," ujar Herwin.

Yang jelas benteng itu memiliki sejarah panjang. Dana Sumarto, 82 tahun, pensiunan telik sandi Tentara Rakyat Indonesia, mengatakan Van Der Wijck dibangun saat perang Diponegoro dengan cara kerja paksa. "Ada kaitannya dengan politik benteng stelsel, yang digunakan Belanda untuk mempersempit gerak Pangeran Diponegoro," kata dia.

Selain sebagai markas pertahanan Belanda, benteng itu digunakan Belanda untuk pendidikan militer. Mantan Presiden Soeharto, saat masuk KNIL atau het Koninklijke Nederlands Indische Leger, juga dilatih di situ. "Saat Jepang masuk, lagi-lagi benteng ini untuk melatih PETA," kata Sumarto.

Kini Van Der Wijck menjadi tempat wisata keluarga. Ada kolam renang, tempat bermain anak, kereta api di atas benteng, hotel, dan pergelaran musik. "Tiket masuknya hanya lima ribu rupiah pada hari biasa, dan enam ribu rupiah pada hari libur," kata Anindarwati, manajer pemasaran Van Der Wijck.